HARIANREPORTASE.my.id - WhatsApp telah berubah untuk selamanya. Minggu ini, untuk pertama kalinya sejak berdiri, WhatsApp secara resmi mulai menampilkan iklan di dalam aplikasinya.
Ini menjadi awal dari perubahan besar, di mana WhatsApp bukan lagi sekadar aplikasi untuk bertukar pesan, melainkan bagian dari mesin bisnis iklan raksasa Meta (induk WhatsApp).
Perubahan ini mungkin terlihat kecil di mana iklan hanya muncul di tab “Updates”, bukan di percakapan pribadi. Namun, bagi mereka yang mengikuti perjalanan WhatsApp sejak awal, keputusan ini bagaikan "mengkhianati" misi utama pendirinya.
Di masa awal keberadaannya, pendiri WhatsApp, Jan Koum dan Brian Acton punya komitmen untuk mengedepankan privasi, kesederhanaan, dan janji untuk tidak menjadikan pengguna sebagai produk.
Bertentangan dengan misi pendiri
Saat WhatsApp didirikan oleh duo Koum dan Acton pada 2009, dunia pesan instan sedang dipenuhi aplikasi yang ramai, penuh notifikasi, game, dan iklan.
WhatsApp menawarkan sesuatu yang berbeda, yakni kesunyian. Tidak ada iklan, tidak ada permainan, tidak ada fitur "gimmick". Hanya pesan teks, suara, dan kemudian, panggilan video.
Di dinding kantor, Koum pernah menempel catatan dari Acton: "No Ads! No Games! No Gimmicks!", sebuah mantra yang menjadi pedoman dalam setiap keputusan desain dan pengembangan.
Prinsip ini bukan basa-basi, karena WhatsApp sampai memilih mengenakan biaya langganan tahunan 99 sen. Jalan ini dipilih agar mereka bisa mandiri, tidak harus bergantung pada iklan atau menjual data pengguna.
“Ketika iklan terlibat, kamu (pengguna) adalah produknya,” tulis WhatsApp dalam blog resmi tahun 2012.
Akuisisi oleh Facebook dan awal perubahan
Segalanya mulai bergeser pada 2014, ketika Facebook (sekarang Meta) mengakuisisi WhatsApp seharga 19 miliar dollar AS.
Koum dan Acton tetap bertahan di dalam perusahaan dan memegang prinsip "No Ads! No Games! No Gimmicks!".
Tapi perlahan, tekanan dari dalam mulai terasa. Meta, sebagai perusahaan yang hidup dari iklan, terus mendorong agar WhatsApp mulai dimonetisasi secara lebih agresif.
Pada 2016, WhatsApp menghapus biaya langganan dan menjadi aplikasi gratis sepenuhnya.
Saat itu, Meta masih berjanji untuk tidak menayangkan iklan. Tekanan untuk menambahkan fitur iklan tampaknya terus meningkat. Brian Acton pun akhirnya mundur pada 2017, disusul Jan Koum pada 2018.
Sumber: kompas.com