Aceh Timur, HARIANREPORTASE.my.id — Petani di Kecamatan Nurussalam dan Darul Falah, Aceh Timur, kini menghadapi ancaman gagal panen akibat kekeringan parah yang melanda areal persawahan. Musim tanam yang dimulai dua bulan lalu kini berubah menjadi mimpi buruk bagi para petani.
Sawah yang ditanami padi kini mulai retak dan mengering. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena tanaman padi sudah berada pada fase vegetatif — masa penting pertumbuhan menjelang pembungaan. Sejumlah wilayah terdampak di antaranya Ulee Ateung, Blang Bugeng, Asan Tanjong, hingga Keude Bagok Dua.
“Tanah sudah pecah-pecah. Air tidak ada sama sekali. Padahal ini masa penting bagi pertumbuhan padi,” ujar Sipa, warga Baroh Bugeng, Minggu (13/7/2025).
Hal senada disampaikan oleh Ahmat, petani dari Gampong Keude Bagok Dua yang tampak pasrah melihat tanamannya menguning sebelum waktunya.
Sawah Tadah Hujan, Nasib Petani di Ujung Tanduk
Nurussalam dikenal sebagai kawasan sawah tadah hujan — tidak memiliki sistem irigasi permanen. Para petani hanya mengandalkan air hujan untuk bercocok tanam. Selama sebulan terakhir, hujan tak kunjung turun. Kalaupun ada, hanya gerimis dan rintik kecil yang tak mampu mengairi sawah yang sudah kering.
Sementara itu, beberapa saluran dan rawa yang biasa dijadikan sumber air juga sudah tidak memiliki debit air.
“Meskipun ada saluran, tapi airnya tidak mengalir,” tambah Ahmat.
Lebih dari Sekadar Gagal Panen
Kekeringan ini tidak hanya mengancam hasil panen, tapi juga mata pencaharian utama masyarakat desa. Modal yang telah dikeluarkan untuk bajak sawah, bibit, pupuk, dan pestisida terancam hilang sia-sia.
“Ini bukan cuma kerugian materi. Ini soal hidup kami sehari-hari,” ujar seorang petani lain yang tidak ingin disebutkan namanya.
Harapan dan Seruan kepada Pemerintah
Para petani berharap ada solusi nyata dari pemerintah, bukan sekadar perhatian sesaat. Mereka mengusulkan bantuan seperti penyediaan sumur bor atau sistem pengairan darurat.
Menanggapi kondisi ini, Kepala UPTD Pertanian Nurussalam, Muhammad, mengatakan bahwa pihaknya sudah melaporkan kondisi kekeringan ini ke Dinas Pertanian Aceh Timur dan Distanbun Provinsi Aceh.
Sementara itu, Azhar, anggota DPRK Aceh Timur asal Nurussalam, menyampaikan bahwa dalam waktu dekat akan dibentuk Panitia Khusus (Pansus) Percepatan Pembangunan Irigasi Sayap Kanan Aceh Timur.
“Kami sedang fokus untuk merumuskan solusi jangka panjang,” ujar Azhar dalam diskusi grup WA Kecamatan Nurussalam.
Usulan dan Solusi dari Tokoh Masyarakat
Sejumlah tokoh masyarakat turut memberikan pandangan dan solusi. Ilyas Ismail (Ketua PWI Aceh Timur), Isra (tokoh masyarakat), dan Ishak dari organisasi media PWDPI menyarankan agar Paya Enjee — bendungan yang dulunya pernah aktif — dihidupkan kembali.
Menurut mereka, jika bendungan seluas 10 hektar itu difungsikan, bisa menjadi sumber air penting untuk pengairan sawah di wilayah ini.
Reporter: Tarmizi
Pimpinan Redaksi infopwdpiaceh & Ketua PWDPI Aceh Timur